NEWSATU— Pemerintah Brasil melancarkan operasi besar-besaran melawan jaringan kejahatan terorganisir Comando Vermelho (CV) di Rio de Janeiro Selasa (28/10). Operasi yang berlangsung di kawasan Complexo da Penha dan Complexo do Alemão itu menewaskan sedikitnya 132 orang dan melibatkan lebih dari 2.500 aparat gabungan dari militer, polisi, hingga pasukan elite BOPE-RJ.
Operasi yang dimulai sejak 27 oktober 2025 ini menjadi salah satu yang paling berdarah dalam sejarah keamanan Brasil. Pemerintah menyebut langkah ini sebagai upaya menumpas jaringan narkoba dan perdagangan manusia yang menguasai sebagian besar wilayah kumuh (favela) di Rio.
“Operasi ini bertujuan untuk memerangi ekspansi teritorial Comando Vermelho dan menangkap para pemimpin kriminal dari Rio de Janeiro dan negara bagian lainnya,” ujar Gubernur Rio, Cláudio Castro, seperti dikutip dari AFP kamis (30/10).

Bentrokan Sengit di Kompleks Penha
Sekitar 2.500 aparat gabungan yang terdiri dari militer, polisi militer, polisi sipil, dan satuan Komando Operasi Khusus (CEO), dikerahkan ke wilayah yang dikenal sebagai basis kuat Comando Vermelho. Pasukan elite BOPE-RJ juga turut terlibat langsung di garis depan operasi.
Pertempuran pecah sengit ketika aparat memasuki wilayah padat penduduk tersebut. Geng bersenjata menembaki helikopter, membakar kendaraan, dan membangun barikade untuk menghalangi laju pasukan. Beberapa laporan menyebutkan kelompok tersebut menggunakan drone untuk menjatuhkan bom rakitan ke arah petugas.
Dalam penggerebekan ini, aparat menyita berbagai senjata api berat, amunisi, narkoba jenis kokain dan ganja, serta dokumen transaksi yang diduga terkait jaringan perdagangan manusia lintas negara. Dari hasil pendataan sementara, 132 korban tewas terdiri dari anggota geng, warga sipil, dan sejumlah aparat yang gugur di lapangan.
Tudingan Pelanggaran HAM
Meski pemerintah menyebut operasi ini sebagai keberhasilan besar, berbagai organisasi hak asasi manusia menyoroti metode keras yang digunakan aparat. Mereka mendesak agar investigasi independen dilakukan atas banyaknya korban jiwa yang belum teridentifikasi.
Dalam laporannya, PBB menyebut kemungkinan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dalam operasi tersebut.
““Tindakan ini bisa tergolong sebagai pembunuhan di luar hukum, dan semuanya harus diselidiki dengan segera, secara independen, dan menyeluruh.”” tulis laporan PBB, dikutip dari Reuters, Jumat (31/10).
Pihak kepolisian menegaskan operasi ini telah direncanakan selama lebih dari satu tahun dan dijalankan sesuai hukum yang berlaku. “Kami bertindak secara transparan dan sah, hasil dari penyelidikan panjang terhadap jaringan kriminal,” ujar seorang pejabat kepolisian Rio de Janeiro.
Perang Panjang Melawan Geng Narkoba
Comando Vermelho merupakan salah satu geng kriminal tertua dan paling berpengaruh di Brasil. Kelompok ini telah menguasai perdagangan narkoba, senjata, hingga praktik perdagangan manusia di kawasan Rio selama beberapa dekade. Pemerintah Brasil berharap operasi kali ini dapat menjadi langkah besar menuju stabilitas dan keamanan jangka panjang di wilayah tersebut.
Meski begitu, banyak pihak menilai tantangan masih jauh dari selesai. Favela-favela di Rio tetap menjadi medan konflik antara aparat negara dan jaringan kriminal bersenjata, dengan masyarakat sipil yang kerap menjadi korban di tengah-tengahnya.








