NEWSATU.COM – Sibolga, Bantuan logistik untuk korban banjir dan longsor di sejumlah wilayah Sumatera Utara hingga kini tak kunjung datang. Akses jalan yang terputus total akibat banjir bandang dan longsor membuat pasokan makanan, air, dan kebutuhan dasar lainnya tidak bisa masuk ke Sibolga dan Tapanuli Tengah.
Situasi ini membuat warga yang terdampak bencana terpaksa menjarah sejumlah Indomaret, Alfamidi, dan minimarket lain di kawasan tersebut. Aksi itu dilakukan bukan karena ingin merusak, tetapi karena kelaparan.
Kelaparan Memuncak, Indomaret Jadi Tempat Pelarian
Video penjarahan beredar di media sosial. Terlihat warga beramai-ramai masuk ke dalam minimarket, mengambil makanan, minuman, dan barang kebutuhan pokok.
“Indomaret dijarah. Ngeri kali ah. Kek mana tak mau menjarah, karena lapar. Bantuan tak datang-datang” ucap seorang warga yang merekam kejadian tersebut.
Warga mengaku sudah kehabisan air bersih dan makanan. Dalam situasi darurat seperti ini, minimarket yang biasanya menjadi tempat belanja, berubah menjadi tempat terakhir untuk bertahan hidup.
Dalam kondisi normal, tindakan itu disebut penjarahan.
Namun dalam bencana, itu adalah reaksi manusia yang sedang berusaha tetap hidup.
Orang-orang mengambil apa pun yang bisa membuat mereka bertahan beberapa jam ke depan. Dan di tengah kepanikan itu, satu hal penting terjadi:
tak ada konfrontasi dari pihak minimarket.
Indomaret dan minimarket lain tidak memperkeruh keadaan tidak ada perlawanan, tidak ada kekerasan, tidak ada tindakan represif.
Keputusan itu membuat situasi tidak berubah menjadi kekacauan besar.
Ketika Prosedur Mengalah pada Kemanusiaan
Dalam keadaan darurat, pihak minimarket bisa saja mengunci toko, memanggil aparat, atau memperketat keamanan.
Tapi mereka memilih untuk melihat manusia sebagai manusia, bukan sebagai pelanggar.
Sikap sederhana itu menyelamatkan keadaan, menjaga ketenangan, menjaga warga tetap hidup, dan mencegah konflik di tengah krisis.
Kadang kemanusiaan tidak hadir dalam bentuk bantuan besar atau program CSR megah,
tapi sesederhana tidak menghalangi orang lapar mengambil sepotong roti.
ketika negara lambat dan bantuan tersendat, yang tersisa hanyalah kemanusiaan dari individu dan lembaga yang berani menggunakan akal sehatnya.
“Terima kasih, Indomaret. Bukan karena membiarkan makanan pergi,
tapi karena memilih manusia dulu, prosedur kemudian.” tulis warga dalam unggahan yg beredar







